Saturday, July 13, 2013

Mahluk Tuhan Terkuat

Disela - sela kesibukan, saya selalu  menyempatkan diri untuk tetap menjalani hobi saya  memotret.
Walaupun aktivitas penuh dari pagi sampai sore hari tetap saja hobi saya yang satu ini tetap saya lakukan pada malam harinya.
Suatu ketika pada saat saya sedang hunting dikawasan bundaran Simpang Lima Semarang, saya mendapatkan sebuah pelajaran berharga yang mungkin tidak akan saya dapatkan dari tempat lain.

Tepatnya saat itu pukul 00.30 WIB, larut malam memang, namun tidak terlihat begitu larut bila kita berada di kawasan ini secara langsung. Masih banyak orang - orang yang hanya dari sekedar jalan - jalan, mencari makan dan sebagainya. Setelah merasa cukup mendapatkan foto seperti yang saya inginkan, sayapun menuju ke seorang penjual kopi asongan yang tidak jauh dari temapat saya memotret.

Penjual itu seorang ibu paruh baya, saya sempat menanyakan namanya tapi sekarang saya lupa. Namun saya masih ingat saat malam itu, masih ingat bentuk wajahnya, uban dirambutnya, dan senyum ramah serta tutur kata halusnya. Sayapun memesan satu cangkir kopi manis sambil memeriksa satu persatu hasil gambar yang saya potret tadi dan tidak lama ibu itu menyodorkan kopi yang saya pesan.

Satu teguk, Dua Teguk.... sayapun mencoba membuka pembicaraan dengan sang ibu. "Kok jam segini masih jualan bu?" si ibu menoleh tersenyum dan menjawab "Rumah saya jauh nak, kalau pulang sekarang sudah tidak ada angkot, jadi sekalian pagi - pagi saja pulangnya" dan sayapun kembali bertanya "memang rumah ibu dimana?" si ibu kembali tersenyum dan menjawab "Salatiga nak,..." Mendengar jawaban sang ibu membuat saya sedikit tersentak, terbesit sebuah pertanyaan di pikiran saya bagaimana mungkin seorang ibu seumuran sekian bepergian jauh sendiri untuk berjualan?. Lantas sayapun kembali bertanya "ke Semarang sama siapa bu?" tanpa melihatku si ibu menjawab "sendiri nak".

Akhirnya pertanyaan - pertanyaanpun saya lontarkan karena penasaran dan kebetulan ibu tersebut mau menjawab semua pertanyaan saya hingga tiba pada sebuah jawaban yang membuat saya benar - benar terharu. Awalnya saya bertanya "kok sendiri bu? anak -anak ibu tidak ada yang menemani?" si ibu tetap menatap kedepan tanpa melihat saya "Anak saya 3 nak, sudah menikah semua, tidak mungkin ibu minta oleong mereka untuk mengantar ibu, mereka sudah punya tanggung jawab mengurus keluarga mereka. Lagipula ibu tidak mengaharapkan bantuan mereka, selama ibu mampu, ibu akan lakukan sendiri".

mendengar jawaban itu saya mulai teringat ibu saya, saya jarang ada di samping beliau tanpa tahu apakah beliau membutuhkan bantuan saya atau tidak. Namun saya kembali bertanya kepada ibu penjual kopi "lalu kalo kawasan sini sudah sepi  sebelum pagi ibu kemana?" ibu itu tersenyum dan melihatku sambil menunjuk ke arah belakangku dan berkata "itu nak disitu ibu istrahat merebahkan badan sambil menunggu datangnya matahari" sayapun menengok ke arah jari sang ibu, Astaga,..... ternyata ibu itu menunjuk sebuah toilet umum yang berada dipinggiran kawasan bundaran Simpanglima Semarang.

Saya memang tidak terlalu dekat dengan ibu saya. sehingga bisa dibilang saya acuh terhadap ibu kandung saya sendiri. saya akui itu. Namun setelah kejadian malam itu, saya kembali berpikir, saya mempunyai gambaran bahwa begitu tangguh dan mulianya sosok seorang ibu. Seperti ibu penjual kopi, beliau tetap berjuang di usianya yang sudah lanjut dan memilih hidup mandiri daripada bergantung pada ke 3 anaknya.
Bahkan meminta bantuan anaknya untuk mengantar dia berjualan saja sang ibu tidak lakukan, Salatiga - Semarang bukanlah jarak yang dekat namun ibu ini tak menghiraukan.

Sungguh mulia sosok Tuhan yang satu ini "Ibu".

Semua membuat saya sadar dan yakin bahwa semua pemikiran ibu di dunia ini sama dengan ibu penjual kopi. Mereka cukup bahagia melihat kebahagian buah hatinya, takkan meminta apapun dari buah hatinya selama dia mampu.

I fight the tears since you've been gone
And I stand in fear, can I make it on my own
Without your love to guide me thru my life
It's so cold at night without you here
And those gentle arms that held me close and dear
Oh we're all the same, we all live and die
You'll always be in my heart, oh Mama don't you cry
You'll always live in my dreams, oh Mama don't you cry
Every night when I close my eyes
I see a light and shadows of your face
It's always there like an angel over me
So many frozen years hangin' on my wall
A thousand words, I can hear them call
Oh I tried so hard but I could never say goodbye
You'll always be in my heart, oh Mama don't you cry
You'll always live in my dreams, oh Mama don't you cry
No one can kiss away the pain like you
No one like Mama, no one like you

You'll always be in my heart, oh Mama don't you cry
You'll always live in my dreams, oh Mama don't you cry
(You'll always be in my heart, oh Mama don't you cry - don't you cry)
(You'll always live in my dreams) in my dreams (Oh Mama don't you cry)
Oh Mama don't you cry
lyric StealHeart Mama Don't You Cry

salam

2 comments:

  1. ibu memang mahluk Tuhan yang paling kuat, suatu hari saat saya menjadi ibu juga, senang rasanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat mbak, mbak sudah jadi salah satu mahluk Tuhan yang paling istimewa :D

      terimakasih sudah berkunjung :)

      Delete

* commentnya yang halus-halus saja ya (kita berbudaya)
* No Spam
* No Bug
* No Sara

Leo Zodiac Sign